Mahasiswa antara Kebebasan dan Kewaspadaan
Mahasiswa antara Kebebasan dan Kewaspadaan. Topik ini diangkat berdasarkan pengalaman saya selama berada dilingkungan Perguruan Tinggi (Universitas Trunojoyo Madura08) kurang lebih 4 tahun lamanya. Diangkatnya topik ini bukan bermaksud menggurui kawan-kawan Mahasiswa yang masih aktif kuliah. Tidak lain dan tidak bukan diangkatnya topik ini adalah hanya sekedar berbagi hasil sebuah analisa terhadap dinamika dan pengalaman. Empat tahun saya berada di Perguruan Tinggi mungkin belum cukup untuk berbicara soal Mahasiswa. Dan saya yakin masih banyak kawan-kawan yang lain yang mempunyai pengalaman lebih daripada saya, dan lebih pantas untuk berbicara soal ini. Namun prinsipku berkata, bahwa untuk berbagi tidak perlu menunggu banyak. Berbagi apa yang dapat dibagikan kepada orang lain saat ini, adalah awal untuk mendapatkan hal yang lebih besar dimasa yang akan datang. Prinsip inilah yang menginspirasi saya untuk menulis topik ini.
Ketika mendengar
kata-kata Mahasiswa, pradigma yang muncul dibenak Masyarakat adalah
seakan segala macam bentuk persoalan bergantung padanya. Masyarakat
sangat yakin bahwa Mahasiswa bisa ikut andil dalam mengatasi segala
bentuk persoalan yang ada. Pradigma seperti ini sudah tertanam sejak
dahulu kala hingga sekarang. Dan pada prinsipnya Masyarakat wajar
mempunyai pradigma seperti ini, karena Mahasiswa adalah mediator antara
Masyarakat dan penguasa. Dalam catatan sejarah sudah terlalu banyak yang
menyebutkan peran Mahasiswa dalam menentukan arah perjalanan Bangsa
ini.
Pada bulan Maret
kemarin, ketika Pemerintah merencanakan kenaikan harga BBM bersubsidi,
Mahasiswa berada dibarisan paling depan melakukan demonstrasi
besar-besaran untuk menolak rencana pemerintah itu. Terlepas itu murni
membela kepentingan Rakyat atau hanya sekedar menjadi budak para elit
politik, yang jelas Mahasiswa sudah dipandang bisa untuk ikut serta
dalam mengontrol perjalan Bangsa tercinta ini. Wahai kawan-kawan
Mahasiswa, inilah pradigma baik dan harapan yang muncul di Masyarakat.
Lalu bagaimanakah kehidupan kita dikampus, apakah budaya yang kita
jalani sudah siap menjawab semua itu?
Disadari atau
tidak, prestasi yang diraih Mahasiswa yang sampai mengundang pradigma
tersendiri kepada Maysarakat. Adalah pergerakan-pergerakan yang bersifat
kolektif atau pergerakan yang dilakukan secara bersama-sama antara
Mahasiswa dan yang lainnya. Dalam artian bukan lantas tidak prestasi
yang diraih secara Individu. Dalam tulisan ini saya fokuskan kepada
pembahasan tentang sikap Mahasiswa secara peribadi. Dengan harapan
semoga dengan adanya sedikit tetesan tinta ini akan menjadi gambaran dan
evaluasi tersendiri. Baik secara moral maupun secara potensi akademik.
Dalam topik iniMahasiswa antara Kebebasan dan Kewaspadaan ada
tiga poin penting yang perlu dibahas, yaitu: Mahasiswa, Kebebasan, dan
Kewaspadaan. Diatas saya sudah memberkan gambaran terkait dengan
Mahasiswa itu sendiri dimata Masyarakat.
Selanjutnya saya
ingin mengupas tentang kebebasan. Terkait dengan pola kehidupan
Mahasiswa ada dua kategori bebas, pertama bebas dari pantauan orang tua
(bagi yang kontrak atau kos), yang kedua ini bebas versi mereka yaitu
bebas dari peraturan mengikat.Mereka beranggapan ini tidak lagi seperti
masa-masa SMA yang semuanya harus sesuai aturan. Versi yang kedua inilah
yang menyebabkan mereka terbawa pada kondisi tidak aman. Dunia kampus
tidak seperti yang kita bayangkan. Kampus adalah lembaga pendidikan
formal yang mempunyai visi dan misi mulia yang harus dicapai.Dan
tentunya untuk mencapai semuai itu dibutuhkan sebuah peraturan atau rel
yang mengaturnya.
Kampus adalah
jenjang pendidik tertinggi. Dari sinilah arah masa depan pemuda dapat
diterpa. Kampus bukan penentu masa depan, hanya saja sebagai mediasi
untuk pembentukan karakter dan potensi diri. Nasib masa depan tetap
berada ditangan Mahasiswa. Sukses atau gagal kitaalah yang
menentukannya. Ada pesan menarik yang perlu saya tulis disini. Dulu
waktu saya SMP guru bahasa Indonesia pernah berpesan kepada saya.
Pesannya kurang lebih seperti ini Sur, kuliah itu enak tapi jangan
diambil enak atau dalam bahasa Maduranya Kuliah reah nyaman tape jak man
kanyaman dalam bahasa sederhananya adalah kuliah itu santai tapi tetap
harus melaksanakan tugas sebagai seorang pelajar.
Terakhir, perlu
saya tegaskan kebali dalam tulisan ini. Perguruan tinggi adalah jenjang
pendidikan yang terkahir, setelah ini tidak ada kesempatan lagi untuk
belajar. Untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan Ada dua
hal penting yang harus diwaspadai. Pertama: ditengah kebebasan dari
pantauan orang tua kita harus sadar diri. Bahwa kita datang keperguruan
tinggi adalah untuk memperbaiki moral, sikap, atau perilaku. Jangan
sampai perpisahan dengan orang tua dijadikan moment untuk memanfaatkan
masa-masa muda pada hal-hal yang nigatif. Yang kedua adalah cara belajar
yang baik. Setelah title sarjana kita raih kita dihadapkan pada kondisi
nyata dilapangan. Disana yang dibutuhkan Cuma satu, yaitu potensi
keilmuan yang kita miliki. Jika potensinya bagus maka lapangan pekerjaan
yang menunggu kita. Tapi jika sebaliknya, jangan salahkan siapa-siapa
jika kita kebingungan mencari pekerjaan.
Udah dulu ya,
sangat panjang nech artikelnya. Satu kali artikel ini saya buat sebagai
bahan gambaran dan evaluasi khususnya kepada diri saya sendiri. Semoga
bermanfaat.
Masukan dari anda adalah cermin penting buat saya. Salam blogger.
0 komentar:
Posting Komentar